Jakarta (22/09) – Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan (PUP) DPP LDII melalui tim Educational Clearing House (ECH) menyelenggarakan soft launching sebuah platform website pendidikan “Pondok Karakter” secara daring, pada Selasa malam (22/09).
Menurut tim ECH, Pondok Karakter merupakan platform berisi pelatihan pengembangan karakter, guna membantu program kerja DPP LDII membangun masyarakat yang profesional dan religius. Platform edukasi ini, diisi oleh 263 tenaga pendidik dan Penggerak Pembina Generus (PPG).
Menurut Ketua Departemen PUP, Sarji, Pondok Karakter fokus terhadap cara membangun karakter. “Ini adalah landasan utama bagi para pengajar, pendidik, khususnya yang membuat platform ini,” ujarnya. Menambahkan pernyataan Sarji, Ketua DPP LDII yang membawahi Bidang PUP, Basseng, menjelaskan Pondok Karakter sebagai platform e-learning ini, ditujukan pada satuan pendidikan di lingkungan LDII.
“Landasan hukumnya memiliki tiga tahapan yang sudah dilalui; terminologi profesional religius untuk pengembangan SDM yang dikenalkan pada 2011 di Munas LDII Surabaya, target profesional religius itu sendiri, dan penekanan pada dimensi digital sebagai adaptasi terhadap industri 4.0 yang pada lokakarya nasional lalu sudah dijelaskan,” katanya.
Menurutnya, pondok karakter ini mengawinkan digital dengan substansi profesional religius,” kata Basseng melanjutkan.
Bagaimana Membangun Karakter?
Generasi penerus atau disingkat generus, diawali dari usia dini hingga usia nikah. Ada institusi yang secara internal diberi amanah untuk membina generus yakni PPG (Penggerak Pembina Generus). Ketika generus ini berada dalam satuan sekolah di lingkungan LDII, perlu sarana pembinaan karakter.
Pembinaan karakter yang dimaksud berada di lembaga pendidikan yang bernaung di bawah LDII, dalam bentuk boarding school, Pondok Pesantrean Mahasiswa (PPM), Pondok Pesantren Pelajar dan Mahasiswa (PPPM), dan sekolah. “Ketika karakter sudah terbangun, ilmu yang ada bisa diterima,” ujar Basseng.
Menurut Basseng terdapat dua sistem dalam instansi pendidikan dalam lingkungan LDII, yakni kurikulum pondok dan kurikulum sekolah. Bidang PUP mengidentifikasi enam aktor pendidikan yang berpotensi membentuk karakter.
“Keenam aktor ini yang perlu menyamakan persepsi dalam hal ini adalah; pengelola yayasan–penting memahami definisi pendidikan karakter, kepala sekolah, guru, pamong pendidikan–pelaku pendidikan yg perlu diberikan atribut, lalu tenaga sekolah, serta orang tua,” imbuhnya.
Basseng menekankan, mendidik bukan hanya tanggung jawab guru saja, semua yang berperan bergerak bersama menuju titik pendidikan karakter. “Nantinya diluncurkan ke publik pada tanggal 28 Oktober bertepatan dengan Sumpah Pemuda, sebagai perkenalan bahwa LDII memiliki kontribusi dalam membangun sumber daya manusia yang profesional religius,” katanya mengakhiri.
Bagaimana Platform Pondok Karakter Secara Teknis?
Pondok Karakter mirip platform edukasi lainnya, namun berbeda dari sisi materi. Bila platform edukasi memaparkan mata pelajaran, sementara Pondok Karakter lebih ke arah pengembangan karakter. Untuk materi, terdapat video-video pelatihan sebagai contoh, target pencapaian, dan artikel-artikel pendukung.
Platform ini memiliki empat menu utama; Artikel, Pelatihan, Grup, dan Forum. Sementara ini yang dimanfaatkan adalah menu pelatihan, yang di dalamnya terdapat panel pembagian kategori sesuai enam aktor pendidik. Pengguna bisa menekan tombol video pelatihan atau artikel berisi materi pengembangan karakter — setelah melakukan login dengan email dan password yang terkonfirmasi oleh admin. Jika belum memiliki akun, maka pengguna baru akan diarahkan dulu ke halaman login.
Materi-materi seterusnya akan bertambah sesuai kebutuhan tiap kategori. “Instansi-instansi elemen pendidikan bisa ikut mengisi konten untuk Pondok Karakter ini,” kata Thonang Effendi pembina tim yang turut merancang platform Pondok Karakter. “Keunggulannya adalah adanya fasilitas social learning, sehingga transfer knowledge berlangsung cepat,” ia menambahkan. (Dew/Lines)