LDII Papua Selenggarakan Sosialisasi Ijtima Ulama Hasil Rakornas Komisi Fatwa MUI se-Indonesia VII

Dewan Pimpinan Wilayah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPW LDII) Provinsi Papua mengadakan Sosialisasi Ijtima Ulama Hasil Rakornas Komisi Fatwa MUI se-Indonesia VII secara hybrid (luring dan daring) bertempat di Masjid Arrosyid, Entrop, Kota Jayapura pada minggu (21/11/2021).

Secara luring sosialisasi tersebut dihadiri oleh pengurus DPW LDII Papua dan secara daring diikuti sebanyak 52 titik studio yang terdiri dari pengurus DPD LDII Kota/Kabupaten, PC LDII Distrik, dan PAC LDII Kelurahan/Kampung se-Provinsi Papua dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Dalam Sosialisasi Ijtima Ulama Hasil Rakornas Komisi Fatwa MUI se-Indonesia VII tersebut disampaikan oleh Ketua Bidang Fatwa MUI Provinsi Papua, Dr. H. Muhammad Wahib, Lc., MA secara luring dari Masjid Arrosyid.

Dalam sambutanya Muhammad Wahib mengatakan, “berdasarkan keputusan komisi fatwa MUI No.3 tahun 2006 menetapkan bahwa sejak saat itu LDII telah melaksanakan paradigm baru dan tidak ada masalah dan sudah kita yakinkan kepada masyarakat melalui fatwa MUI tersebut”.

“Bahkan saat ini warga LDII yang menjadi pengurus MUI baik di jajaran MUI Kota/Kabupaten, Provinsi, maupun MUI pusat jumlahnya sampai 300-an orang, mudah-mudahan menambah persatuan kita dan wadah perekat umat,” tambah Muhammad Wahib.

Dalam sosialisasinya Muhammad Wahib menjelaskan sebanyak 12 (dua belas) point kesepakatan Ijtima Ulama MUI diantaranya fungsionalisme tanah, dlawabit dan kriteria penodaan agama, jihad dan khilafah dalam konteks NKRI, panduan pemilu dan pemilukada, tinjauan perpajakan, hukum cryptocurrency, hukum pernikahan online, hukum pinjaman online, transplantasi rahim, penyaluran dana zakat dalam bentuk al qardh al hasan, hokum zakat perusahaan, dan panduan zakat saham. 

Sementara itu dalam sambutannya, wakil ketua DPW LDII Provinsi Papua, H. Sudarmo, S.Pd mengucapkan terima kasih kepada ketua bidang fatwa MUI Papua, pengurus MUI Kota/Kabupaten, dan pengurus LDII se-Papua yang telah mengikuti sosialisasi fatwa MUI.

“Dengan adanya sosialisasi fatwa MUI yang dikeluarkan 3 (tiga) tahun sekali ini diharapkan dapat diimplementasikan oleh masyarakat, warga LDII, maupun stakeholder terkait lainya,” tambah H. Sudarmo. 

Dalam sosialisasi fatwa MUI ini secara luring dihadiri pula oleh Ketua Bidang Ukhuwah Islamiyah MUI Provinsi Papua, Ust. Syaifullah, Ketua MUI Kota Jayapura Drs. KH. Zulhan Makmun, serta puluhan warga LDII yang menjadi pengurus MUI baik secara daring maupun luring. (DEW/LINES)

Generus LDII Jayapura Selenggarakan Pengajian Alam Gemilang

Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kabupaten Jayapura menyelenggarakan pengajian alam Generasi Muda Indonesia Bela Lingkungan (Gemilang) bertempat di Perbukitan Ifar Gunung, Sentani, Jayapura pada hari Sabtu (27/11/2021).

Pengajian alam pada ketinggian 325 meter diatas permukaan laut tersebut diikuti sebanyak 48 (empat puluh delapan) remaja dan generasi muda LDII Kabupaten Jayapura yang berusia antara 15 – 25 tahun dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Acara yang diisi kegiatan pengajian, nasihat agama, outbound, penanaman pohon, keakraban dan wisata sejarah tersebut secara resmi dibuka oleh Dewan Penasihat DPD LDII Kabupaten Jayapura, Muchammad Yasir. 

Dalam sambutanya, Muchammad Yasir memberikan apresiasi kepada pemuda dan remaja LDII yang telah bahu-membahu untuk mensukseskan acara pengajian dan kontribusi untuk bangsa ini semoga dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita.

“Perlu menjadi catatan walaupun nantinya ada yang jadi pejabat, pengusaha sukses, TNI/Polri, konglomerat dan sebagainya supaya tetap ingat kepada Allah SWT dan selalu taat pada kewajiban serta rajin beribadah dimanapun berada,” tambah Muchammad Yasir. 

Sementara itu dalam sambutanya, Wakil ketua DPD LDII Kabupaten Jayapura, H. Muhammad Sabir, SE menjelaskan pengajian ini sebagai komitmen untuk terus mewujudkan sumber daya manusia yang bertabiat luhur, tri sukses, profesional religius yang berwawasan lingkungan.

“Selain itu kegiatan ini sebagai andil dalam menjaga bumi yang menjadi tanggung jawab bersama serta  peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia yang jatuh pada tanggal 28 November dan dan Bulan Menanam Nasional pada bulan Desember sesuai dengan Keputusan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2008”, kata H. Muhammad Sabir.

“Apalagi diriwayatkan dalam Hadits Sohih HR. Imam Bukhari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian pohon atau tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan menjadi sedekah baginya,” tutup H. Muhammad Sabir.

Ketua panitia, Abdul Aziz mengatakan acara diisi dengan pengajian Alquran dan Alhadits agar menjadi pemuda yang alim, nasihat agama untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan atau faqih, berbagai macam permainan outbound untuk meningkatkan kerukunan, kekompakan dan kerjasama yang baik.

“Selain itu acara wisata sejarah yang mana disekitar tempat ini terdapat tugu MacArthur saksi perang dunia II yang berada di Papua, serta acara penanaman pohon agar sejak dini kita terbiasa untuk menanam pohon dimanapun berada yang merupakan bagian dari konservasi,” tutup Abdul Aziz. (dew/LINES)  

LDII: Generasi Muda Jadi Tumpuan Bangsa, Pahlawan Masa Depan

Ilustrasi peringatan Dirgahayu RI sebagai wujud menghormati jasa-jasa pahlawan pejuang kemerdekaan – Foto : Remaja LDII Kabupaten Jayapura/2019 – (Dokumentasi diambill sebelum masa pandemi).

Jakarta (10/11). Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945, menjadi sejarah perjuangan bangsa. Hanya dalam sekitar 4 bulan setelah kelahirannya, bangsa Indonesia yang baru saja memproklamirkan kemerdekannya, harus menghadapi Inggris kampiun Perang Dunia II dan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia.

“Heroisme rakyat Surabaya dicatat dengan harum dalam perjalanan sejarah bangsa, bagaimana bangsa yang baru lahir mempertahankan kemerdekaannya,” ujar Guru Besar Sejarah Universitas Diponegoro Singgih Tri Sulistiyono.

Singgih yang juga Ketua DPP LDII tersebut, menyebut sikap heroik dari rakyat Surabaya merupakan wujud kecintaan terhadap tanah air. Sekaligus ekspresi dari tekanan akibat politik imperialisme yang meminggirkan bangsa Indonesia selama ratusan tahun.

Perlawanan mereka mengakibatkan serangan Inggris yang luar biasa tersebut, berlangsung selama tiga minggu yang mengakibatkan kerusakan besar terhadap kota Surabaya. Efeknya, luar biasa, mata dunia tertuju kepada negeri muda yang melawan dengan gigih kolonialisme.

“Peristiwa itu dikenang karena keberanian, kegigihan, dan spontanitas rakyat Surabaya yang mengubah sejarah Indonesia. Heroiknya rakyat Surabaya yang kemudian hari disebut sebagai bondo nekat atau bonek,” kata Singgih.

Peristiwa yang telah terjadi puluhan tahun lalu itu, seharusnya menjadi semangat dalam menghadapi tantangan globalisasi, “Kolonialisme dan imperialisme juga bersalin rupa, ini membutuh kecerdasan, kegigihan, dan adaptasi yang kuat. Sehingga bangsa ini tidak menjadi bangsa kelas tiga, hanya sebagai pasar dan bergantung terhadap bantuan negara lain,” ujarnya.

Menciptakan ketergantungan secara sosial, budaya, politik, dan ekonomi merupakan bentuk-bentuk hegemoni dan dominasi atau kolonialisme baru. Hal ini, bisa diantisipasi dengan kemandirian bangsa, “Bangsa Indonesia harus bisa mandiri, sehingga bisa berperan dalam geopolitik dan geoekonomi secara sejajar dengan negara-negara lain,” imbuh Singgih.

Indonesia, dengan kemampuannya, bukan hanya menjadi destinasi investasi yang menjajikan namun juga mampu berinvestasi ke mancanegara, “Bangsa Indonesia tidak anti investasi asing, namun jangan sampai investasi itu mengganggu kedaulatan bangsa atau mendikte pemerintah,” ungkapnya.

Untuk itu, semua pihak harus bekerja keras dengan nilai-nilai luhur bangsa agar bangsa Indonesia menjadi bangsa maju, dan mampu mewujudkan pembukaan UUD 1945, “Apa yang dilakukan bangsa Indonesia hari ini, sangat menentukan perjalanan bangsa pada masa depan,” paparnya.

Senada dengan Singgih Tri Sulistiyono, Sekretaris Umum DPP LDII Dody T. Wijaya mengatakan generasi muda terutama generasi Z, menjadi tumpuan bangsa. Mereka yang lahir sekitar tahun 1997 hingga tahun 2000-an, menurut Dody adalah generasi yang lekat dengan teknologi sehingga terkadang disebut sebagai i-gen.

“Mereka ambisius, mahir tentang hal digital, percaya diri, mempertanyakan otoritas, banyak menggunakan bahasa gaul, lebih sering menghabiskan waktu sendiri, dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Generasi Z juga rentan terkena depresi juga kecemasan. Mereka inilah yang harus dibimbing menjemput Indonesia Emas 2045,” imbuhnya.

Mereka sebagai anak teknologi dengan pemikiran yang global, bahkan nasionalisme mereka menembus batas negara dan ideologi, menurut Dody harus mendapatkan nilai-nilai luhur bangsa, seperti gotong royong, “Mereka juga harus memiliki karakter alim-faqih, berakhlak mulia, dan memiliki sikap mandiri,” imbuhnya.

Mereka akan jadi pahlawan masa depan, bila memiliki semangat rela berkorban dan berjuang untuk kepentingan orang banyak, tanpa membedakan suku, agama, dan ras, menurut Dody.

Dengan generasi inilah, bonus demografi pada 2045 menjadi milik bangsa Indonesia. Sehingga Indonesia menjadi negara maju, namun dengan moralitas yang mulia dalam rangka membangun masyarakat madani yang makmur, sejahtera, adil, toleran, saling menghargai, tolong-menolong, dan semangat kebersamaan yang tinggi. Merekalah pahlawan-pahlawan masa depan.

Ketua DPD LDII Kabupaten Jayapura, Imam Subekti menambahkan, “mari kita melanjutkan perjuangan para pahlawan dengan mengisi kemerdekaan sesuai dengan bidang, profesi, minat, dan bakatnya masing-masing sehiingga kedepan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tangguh, berbudi luhur, dan profesional religius. (kim/*)